Bilal bin Rabah, Sabar Dalam Mempertahankan Keimanan
Sunday, February 16, 2020
Add Comment
Bilal bin Rabah, adalah seorang habsy. Kulitnya hitam. Dia lahir dari seorang budak Bani Jumah di Mekah karena ibunya juga seorang budak. Bilal mulai mengetahui tentang
Rasulullah saw ketika tokoh-tokoh kafir, temasuk Umayah, tuannya, mulai
membicarakan kehadiran Rasulullah saw betapa mereka memuji peribadi Rasulullah
saw sekaligus membencinya.
Pada suatu
kesempatan, Bilal menemui Rasulullah saw dan menyatakan kesilamannya. Tak urung,
sang tuan pun menjadi gusar. Ia segera mengambil tindakan agar Bilal melepaskan
keislamannya.
Bilal pun mulai
disiksa karena tidak mau menuruti kemauan tuannya. Tanpa selembar benang di
badannya, Bilal dibaringkan di atas bara agar mau menyembah berhala. Namun, Bilal
menolak. Di tengah teriknya matahari gurun dan pasir yang panas, Bilal dibaringkan
lalu ditindih dengan batu yang amat besar. Sore harinya, batunya disingkirkan. Sebagai
gantinya, bilal diikat di tiang kayu. Mereka menyuruh anak-anak kecil
melemparinya dengan batu. Hebatnya, sepanjang penyiksaan itu, Bilal tak
berhenti mengucap kata, “Ahad...Ahad...Ahad” (satu atau esa).
Siksaan kejam
dan biadab itu dilakukan setiap hari sehingga beberapa algojo merasa kasihan
kepadanya. Mereka membujuk Bilal agar mau memuji tuhan-tuhan mereka agar
orang-orang Quraisy tidak mencibir (menghina) ketidak berdayaan mereka
menghadapi budak sendiri. Mereka berkata, “ayo, katakanlah seperti yang kami
ucapkan.” Bilal pun menolaknya dan berkata, “bibirku tak mampu mengucapkannya.”
Di malam hari
mereka memberi tawaran kepada Bilal. Orang Quraisy berkata, “besok, kamu harus
mengatakan yang baik-baik terhadap tuhan-tuhan kami. Katakanlah, tuhanku adalah
Lata dan Uzza. Kami pun akan melepaskanmu. Kami telah menyiksamu, tetapi
sepertinya kamilah yang tersiksa” Bilal dan menggelengkan kepala dan menyebut, “Ahad...Ahad...Ahad.”
Saat siang menjelang, Bilal kembali dibawa ke padang pasir. Dia menghadapi semua siksaan itu dengan sabar, tabah, dan teguh tak tergoyahkan. Sampai suatu saat, seorang sahabat Rasulullah saw bernama Abu Bakar mendatangi mereka. Ia berkata, “Apakah kalian akan membunuh seseorang karena ia mengatakan Tuhanku adalah Allah.” Abu Bakar berkata lagi, “Berilah harga yang lebih mahal dari harganya dan biarlah dia merdeka.”
Orang-orang
Quraisy pun menerima tawaran Abu Bakar. Sejak saat itulah, Bilal sudah bukan
lagi seorang budak. Ia sama seperti oang-orang merdeka lainnya. Bilal pun
dikenal sebagai muadzim pertama dalam sejarah islam, yaitu orang yang pertama
kali mengumandangkan azan. Bilal adalah muadzim Rasulullh saw. Setelah Rasulullah
saw wafat ia tidak mau lagi mengumandangkan azan. Dan lebih memilih bergabung
dengan pasukan perang hingga syahid karena Bilal tak kuasa menahan tangis
begitu mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”. Kenangannya bersama
Rasulullah saw akan bangkit kembali.
Bilal mengumandangkan
azan terakhir kali pada masa khalifah Umar. Ketika khalifah berkunjung ke Syam.
Saat itu Bilal memang menetap di sana, kaum muslimin meminta Bilal
mengumandangkan azan, walaupun hanya sekali. Bilal pun naik ke menara dan mulai
mengumandangkan azan. Para sahabat yang pernah hidup bersama Rasulullah saw
menangis tersedu-sedu ketika mendengar suara azannya Bilal. Bilal wafat di Syam
di medan jihad seperti yang ia cita-citakan.
Sumber:
Ummu Asma, Dahsyatnya Kekuatan Sabar. 2010
Ummu Asma, Dahsyatnya Kekuatan Sabar. 2010
0 Response to "Bilal bin Rabah, Sabar Dalam Mempertahankan Keimanan"
Post a Comment